Selasa, 01 Februari 2011

pindah ibukota

kayaknya lagi nge-trend ngomongin perpindahan ibukota negara…. yang katanya sekalipun salah satu penyebabnya adalah Jakarta udah “overloaded” sehingga sekarang menjadi penyebab kesemrawutan (seperti banjir dan kemacetan lalulintas) tapi hal ini menurut Presiden kita jangan dijadikan alasan untuk pemindahan ibukota dimaksud…
selain Indonesia ada juga beberapa negara lain yang merencanakan dan telah memindahkan ibukota negaranya katakanlah Pakistan atau negara tetangga kita Malaysia (kalo Malaysia pindanya deket seperti dari jakarta ke Cibinong gitu lah), alternatif ibukota baru bagi Indonesia juga banyak dengan berbagai alasan yang mendasarinya..
penting kiranya bagi kita untuk menimbang-nimbang keuntungan dan kerugiannya pabila ibukota kita dipindahkan. semenjak “isu” pemindahan ini digulirkan secara alamiah udah terjadi “pro dan kontra” ada yang setuju, ada yang tidak setuju, ada juga yang berpandangan lain dengan mengajukan pilihan-pilihan lain…
kelompok pertama adalah mereka yang setuju, mempunyai alasan seperti yang telah disinggung sebelumnya yaitu Jakarta saat ini sudah “overloaded” dan kondisinya sangat sulit untuk diperbaiki, contoh kecil penerapan lajur khusus bus sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja transportasi juga belum memperlihatkan hasil yang menggembirakan karena sulit sekali “mengalihkan” penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum…
kedua mereka yang tidak setuju, berpandangan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk memindahkan ibukota negara terlalu besar dibanding keuntungan (atau manfaat) yang dapat dihasilkannya, pemindahan gedung-gedung pemerintahan, asset-asset pemerintah, infrastruktur dan lain sebagainya jelas membutuhkan biaya yang amat besar sementara sistem perekonomian saat ini sudah “jadi” dan “seimbang”…
kelompok ketiga yang menyadari besarnya biaya kesemrawutan karena “overloaded”nya Jakarta tapi tidak menginginkan pemindahan ibukota berpandangan bahwa ada alternatif lain untuk mengurangi kerugian sosial yang terjadi saat ini, salahsatu caranya adalah dengan memindahkan pusat-pusat (kawasan) industri ke luar jakarta.. katakanlah kawasan industri pulogadung yang dipindahkan ke kota-kota satelit seperti Tangerang dan Bekasi…
—-
nah.. itu khan kata mereka… sebelum ditanya ma pembaca bagaimana cara pandang penulis maka saya jawab aja duluan… menurut pandangan saya, hampir semua kota-kota di negara kita ini secara umum tidak punya karakter, sulit sekali mengarahkan sebuah kota untuk menjadi kota yang mengedepankan satu andalah untuk pencitraannya sendiri, okelah Jakarta adalah ibukota negara yang image-nya adalah pusat segala jenis kegiatan (pemerintahan, jasa, industri, pendidikan, wisata dll dsb) sedangkan untuk kota pendukung seperti Kecamatan Cikarang (di Kabupaten Bekasi) saja maunya dikembangkan untuk segala macem kegiatan…. Kota-kota kita tidak fokus pada satu (atau dua) andalan, kota-kota kita kemaruk ingin mencapai tujuannya yang buanyak sekali.. itulah yang saya maksudkan bahwa kota-kota kita tidak punya karakter ! :)
untuk diketahui, kota dengan tujuan yang berbeda biasanya atau umumnya juga direncanakan dengan cara yang berbeda, katakanlah untuk kota wisata (lokal) memang rasanya tidak begitu perlu menyediakan infrastruktur angkutan massal yang berlebihan karena biasanya lagi orang senengnya tidak diatur dengan jadwal ketika melakukan perjalanan wisata.. lha wong maksudnya untuk santai-santai khan ? “suka-suka gue dong!” gitu kale kata wisatawan…
berbeda dengan kota yang didesain untuk keperluan bisnis, katakanlah seperti Singapur atau Hongkong, prinsip yang perlu diterapkan untuk kota-kota jenis ini adalah “time is money”, jadi wajar jika saja jika keterlambatan dalam hitungan detik pun tidak bisa ditolerir untuk kota-kota jenis ini…
untuk kota-kota pendidikan, rasanya infrastruktur transportasi massal (yang artinya murah dan banyak) perlu dikembangkan karena pada umumnya para pelajar mah ngirit.. yang ada di otak para pelajar adalah bagaimana caranya mereka sebanyak mungkin menangkap pelajaran bukan untuk mencari uang seperti yang dilakukan mereka yang tinggal di kota-kota bisnis.. emang kayaknya sekarang ada penyimpangan sich seperti menjadikan waktu belajar atau kuliah seperti waktu untuk senang-senang dan hura-hura.. menurut pandangan say hal seperti ini tidak perlu difasilitasi, kalo perlu ditekan seminimal mungkin yaitu dengan menghilangkan alasan untuk hura-hura misalnya menjauhkan tempat-tempat hiburan dari kota pendidikan seperti tempat karoke, spa, mall dan lain-lain.. kalo mereka protes, tanya balik aja “elo mo sekolah ato mo jalan-jalan?” begitu… :)
saya tau bahwa ada diantara Anda pembaca yang kurang setuju dengan metode “pemilahan” karakter kota seperti yang saya maksudkan diatas, emang ga mungkin sich kita sekolah-sekolah aja, wisata-wisata aja, kerja-kerja aja, karena pada saat kerja atau belajar pun kita perlu refreshing.. yaa iya lah. yang saya maksud memilah itu bukan berarti semua ga boleh, boleh-boleh aja ada kegiatan lain tapi tidak kemudian mengalahkan andalannya.. katakanlah Bandung yang katanya kota pendidikan, emang kita juga perlu pusat perbelanjaan untuk beli buku, komputer.. perlu juga tempat wisata karena katanya dalam kondisi nyaman akan mudah untuk belajar.. tapi lebih ramainya mall, tempat dugem dan sejenisnya dari kampus mungkin mengindikasikan ada yang salah dengan perencanaan kota kita, khan ? :)
simple-nya boleh-boleh aja ada kegiatan lain tapi hanya kegiatan yang mendukung karakter kota begitu.. boleh ada mall, tapi banyakin buku, komputer, alat tulis.. untuk fashion, kendaraan, dan yang ga mendukung kegiatan belajar-mengajar kita arahkan aja untuk dikembangkan di kota lain …..
ada juga yang berpendapat bahwa konsep perencanaan transportasi yang baik adalah dengan konsep “zero traffic” .. yaa seperti membangun kota mandiri gitu lah, jadi segala macem kegiatan bercampur dalam kota itu, kerja disitu, sekolah disitu, belanja disitu, wisata juga disitu.. pokoknya segala macem kegiatan yang menjadi kebutuhan kita dilakukan disitu.. ga perlu kemana-mana.. di negara-negara maju, konsep ini sukses.. di Indonesia ? udah banyak sich kota-kota seperti ini dibangun di negara kita seperti di Tangerang,Karawang, kalo di Bandung ada kota baru Parahiyangan yang konsepnya begitu.. tapi kalo kita perhatikan lagi sich kayaknya tetep aja mereka (para penghuni) maunya keluar-keluar terus ga diem di komplek terus..jadi tetep aja membebani transportasi dalam kota… mungkin kita-kita ini bosenan gitu. :)
—-
kembali lagi ke pendapat saya tentang pemindahan ibukota negara… kayaknya sich sampai saat ini kita masih termasuk dalam negara berkembang yang artinya masih haus pengalaman sebagai pembelajaran (bagi bangsa)… berdasar hal tersebut, terlepas dari keuntungan dan kerugiannya maka pemindahan ibukota negara adalah sebuah kebutuhan ! kita telah mengupayakan berbagai cara seperti yang direkomendasikan dan dicontohkan negara – negara maju seperti saran-saran para ahli “impor” yang terkumpul dalam konsultan World Bank tapi sejauh ini kita tetep begitu-begitu aja… kenapa kita tidak berani melakukan upaya “ekstrim” yang berdasar budaya bangsa ? bukankah arisan adalah warisan budaya bangsa kita yang selama ini hanya diterapkan dalam lingkup kecil-kecilan saja ? kalo perlu untuk ibukota pengganti Jakarta kita kocok aja dengan disaksikan para pemimpin bangsa termasuk tokoh adat dan disiarkan secara langsung melalui semua stasiun telepisi yang ada, biar semua masyarakat melihat dan kita tunjukan bahwa tidak ada rekayasa apapun dalam penentuan ibukota negara kita yang baru…..
bila pemindahan ibukota negara sukses, kita bisa mengaplikasikannya untuk ibukota dibawahnya katakanlah ibukota provinsi atau kabupaten kota… caranya sama, dibuat seperti arisan saja (dikocok gitu), kita ga kan tau kota mana giliran berikutnya tapi semua meyakini bahwa semua bakal kebagian giliran untuk tinggal di ibukota .. bukankah ini juga bisa menyelesaikan masalah kecemburuan dan kesenjangan sosial seperti yang selama ini terus terjadi ?
jika ada pembaca yang ragu dengan tulisan ini, Anda sama dengan saya !.. saya juga ragu tapi ketahuilah bahwa kita ga khan pernah tau keefektivan suatu ide sebelum kita merealisasikannya … bagaimana pendapat Anda?… silakan bantah saya dengan alasan yang ilmiah ! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

parampaa

parampaa 2